“Kita sekolah itu cuma nyatet…
kongkritnya nyatet… nyatet… dan nyatet… nah film ini yang akan menjadi catatan
akhir kita di Sekolah” Arian.
Masa sekolah merupakan sebuah tema yang kaya akan
cerita apalagi jika diangkat menjadi sebuah film. Tidak hanya film, semua
jenis karya entah itu sinema hingga sastra tema ini akan selalu menarik untuk
diangkat. Apa alasannya? Tentu saja kerena sebagian besar penonton baik itu
Indonesia maupun dunia merasakan senang susah kehidupan disekolah, kesamaan
pengalaman inilah yang banyak menarik minat penonton terhadap cerita berlatar
sekolah sehingga penonton seolah-olah tidak akan pernah bosan dan pencipta
karya pun tak akan pernah habis ide cerita dengan berlatar sekolah. Tema ini
lah yang menjadi awal mula naiknya nama sutradara kondang bernama Hanung
Bramantyo. Hanung sebenarnya bisa membuat film yang berkualitas, tapi
kebiasaannya mengundang sensasi terutama kecanduannya mengangkat tema yang
cukup sakral (mengenai agama) membuat saya kurang suka dengan poinnya yang satu
ini. Akan tetapi film remaja berjudul Catatan Akhir Sekolah ini bisa dikatakan
salah satu master piece Hanung yang bisa kita akui
kejeniusannya.
Catatan Akhir Sekolah atau biasa
disingkat CAS adalah sebuah film yang disutradari Hanung Bramantyo dan diproduseri
Erwin Arnada yang kemudia diproduksi Roxinema. Film ini berkisah tentang tiga
anak SMA bernama Agni (Ramon Y Tungka), Arian (Vino G Bastian), dan Alde
(Marcel Chandrawinata) yang ingin membuat film documenter sebagai bentuk
pembuktian eksistensi mereka disekolah.
Film ini dibuka dengan pertunjukan
keahlian sang cameramen merekam segala aktivitas sekolah selama 8 menit tanpacut.
Para kru sukses menunjukan kemampuannya, khususnya dalam perancangan tracking
camera dimana selama 8 menit itu mereka berhasil merangkum aktivitas
anak-anak SMA dimulai dari pertengkaran remaja lelaki gara-gara masalah sepele,
percintaan, bullying, keaktifan siswa di organisasi maupun
eskul seni, teguran guru terhadap siswa, perbincangan guru, kejar-kejaran, anak
cewe ngerumpi, dan masih banyak lagi yang menggambarkan kehidupan sekolah SMA
selama 8 menit tanpa henti. Masih mengenai kekaguman terhadap pertunjukan 8
menit tersebut, durasi itu juga sekaligus memberikan gambaran mengenai siapakah
ketiga tokoh utama itu, yakni Agni dan Arian, dua sosok yang sangat mendambakan
eksistensi di organisasinya masing-masing akan tetapi terlalu bermulut besar
tanpa adanya pembuktian, dan juga Alde, anak orang kaya yang digilai banyak
wanita tapi malu-malu terhadap cintanya selain itu Alde juga berfungsi sebagai
penetralisir ketika Arian dan Agni adu idealisme.
Eksistensi, sesuatu yang
didamba-dambakan oleh orang banyak khususnya para remaja yang memiliki semangat
berpi-api tak terkecuali trio A, Agni, Arian, dan Alde. Agni,
pendiri eskul film yang tidak diakui oleh para anggota eskul tersebut karena
filmnya sulit dimengerti merupakan sosok yang keras kepala. Arian, pengurus
mading yang lebih pantas disebut kuncen mading merupakan sosok suka seenaknya
sendiri, keras kepala, dan selalu menyalahkan orang lain atas ketidakmampuan
dirinya (setipe dengan Agni). Alde, mengikuti eskul band akan tetapi selalu
dikritik oleh teman bandnya karena selalu bergaul dengan Agni dan Arian
sehingga lupa waktu. Ketiga orang tersebut selalu disepelekan oleh orang lain
bahkan seluruh sekolah menjulukinya trio Cupu.
Bermula dari perbincangan mereka ketika
sedang nongkrong di mall, mereka mulai menyadari sesuatu bahwa
sebentar lagi mereka akan lulus. Menyadari hal itu, mereka bertiga mulai
membicarakan kehidupan yang telah mereka alami disekolah mulai dari aib mereka
ketika MOS, kekonyolan-kekonyolan mereka, hingga permasalahan tidak
diperhitungkannya mereka oleh teman-teman sekolah yang mendorong mereka untuk
berbuat sesuatu di prom night agar nama mereka diingat oleh
teman-teman.
Akan tetapi, tidak masuknya nama Agni
dan Arian dalam panitia prom night membuat mereka marah karena
kembali disepelekan, bahkan mereka berdua punya niatan untuk membuat onar
ketika prom nightberlangsung. Tapi Alde yang menyadari bakat teman-temannya
(sutradara dan penulis) membuat Agni merencanakan sesuatu, yakni membuat film
documenter sekolah yang tidak biasa dimana dalam film itu tidak hanya
menampilkan hal yang bersifat senang-senang, tapi seluruh kegiatan sekolah
dimulai dari yang senang, susah, konyol, busuk, dan banyak lainnya. Mereka
berencana memutarkan filmnya pada saat PENSI (Pentas Seni) dimana acara
tersebut diselenggarakan oleh anak-anak kelas 2 dan dilangsungkan sebelum
acara prom night. Jika sukses maka kejadian itu akan menaikan nama
mereka ketika di prom night nanti.
Seperti yang kita duga, dalam proses
pembuatan film ini mulai muncul konflik yang berlapis-lapis seperti konsep yang
tak kunjung jadi, CLBK yang dialami Agni, pertengkaran Agni dan Arian yang
membuat proses pembuat film sempat terhenti, hingga gangguan dari kepala
sekolah yang serba mengukur segala sesuatunya dengan duit. Akan tetapi
konflik-konflik tadi memberikan pelajaran tersendiri bagi mereka bahwa segala
sesuatu yang mereka koar-koarkan hanyalah bualan, mereka selalu menyalahkan
orang lain atas ketidak mampuan mereka sendiri.
Akhir dari cerita ini sungguh fantastis,
film yang telah mereka buat akhirnya diputar. Hasilnya tidak hanya memukau
penonton dalam film, akan tetapi menghibur penonton yang menikmati film ini
pula. Film documenter itu rasanya sukses membuat seluruh anak-anak SMA di
seluruh Indonesia senyum-senyum sendiri karena akan terasa seperti melihat
tingkah kita sendiri. Di dalam film documenter tersebut, trio A sukses membuat
konsep yang bagus dan “menangkap” kejadian-kejadian disekolah seperti
mencontek, bolos, merokok dibelakang sekolah, melihat gambar porno, ngoclok,
kisah cinta malu-malu kucing, cinta suka sama suka, cinta sebelah tangan,
keaktifan siswa dalam organisasi dan juga olahraga, siswa yang aktif di
mushola, nasehat agar tidak mencontek, kekejaman satpam dalam menghukum, hingga
suatu fakta mengejutkan mengenai rekaman suap jual beli nilai antara kepala
sekolah dengan salah satu orang tua murid. Berbagai kejutan terjadi diakhir
film.
Film ini sangat sukses menyentuh
penonton karena tema ini begitu membumi dan memotret realitas yang ada.
Realitas dan tidak terlalu didramatisisr, itu lah yang patut dipuji. Seperti
yang disebutkan sebelumnya, film ini berhasil membuat kita seperti melihat tingkah
kita dalam masa-masa indah SMA. Film ini juga berhasil melihat sisi kreatif
remaja SMA dimana dalam film ini digambarkan organisasi sekolah begitu aktif
melakukan kegiatan. Film ini memang mengekor kesuksesan AADC? Yang rilis 3
tahun sebelum CAS, akan tetapi hasil yang didapat mampu melampaui keasikan
menonton AADC?. Jika AADC mampu membuat puisi menjadi trend, CAS mampu
menjadikan trend membuat film documenter sekolah menyebar ke berbagai sekolah
menjelang kelulusan.
Catatan Akhir Sekolah rasanya pantas
dilabeli sebagai film remaja terbaik diman didalam film ini tidak hanya
menonjolkan kekonyolan masa sekolah tapi juga ada nilai-nilai lain yang bisa
kita ambil dari film ini.
Rating : 9
NAMA KELOMPOK :
1. RIZKY ADITYA A 16110160
2. MUHAMAD HASBI ASH SHIDIQI 14110129
2. MUHAMAD HASBI ASH SHIDIQI 14110129
3. M. FAZLUR RAHMAN 14110164