Itulah bait pertama yang kau tulis dengan tinta yang
ragu-ragu keluar dari penanya, ketika perlahan-lahan kotaku terendam
lumpur. Begitupun aku menyambut gembira, atas suratmu yang kau kirim
melalui denyut hati, karena kau tahu arti penderitaan kami.
Aku mengerti perasaanmu. Begitu bernafsukah kau ingin datang ke
kotaku? Begitulah yang aku rasakan dalam setiap detak nadimu. Tetapi aku
tahu, kau hanya ingin mengembara lepas dalam batin kami yang menderita.
Aku pun tak berharap kau datang ke kotaku. Cukuplah kau saksikan
dengan mata hatimu, aku sudah gembira. Aku gembira membaca bait-bait
resahmu, yang kau tuliskan dengan tinta yang ragu-ragu keluar dari
penanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar