Majalah
Bakti, No. 263 THXX Mei
MENELADANI
KEPEMIMPINAN YORITOMO
Judul
: Minamoto no Yoritomo: Akhir Kekuasaan Klan Taira
Penulis
: Eiji Yoshikawa
Penerbit
: Kansha Books, Jakarta
Cetakan
: I, Januari 2013
Tebal
: 394 halaman
ISBN
: 978-602-97196-7-3
Kekalahan Klan
Minamoto oleh Klan Taira pada perang Heiji masih menyisakan luka yang sangat
mendalam. Namun, kondisi negeri saat ini sangat terpuruk akibat keserakahan
klan Taira. Tidak sedikit rakyat yang geram atas kepemimpinan klan Taira.
Kondisi itu menguntungkan Yoritomo yang ingin melakukan balas dendam dengan
menjatuhkan Taira no Kiyomori.
Buku kedua dari
dwilogi Minamoto no Yoritomo merangkai perjalanan sejarah yang tidak akan
dilupakan oleh klan Minamoto. Tibalah waktunya bagi Klan Minamoto untuk
melakukan balas dendam atas klan Taira yang sudah meruntuhkan puing-puing klan
Minamoto.
Kemewahan dan
keserakahan akan menghancurkan segala hal yang sudah dicapai. Sejarah mencatat,
tidak sedikit kerajaan yang terpecah-belah, bahkan mengalami kehancuran,
disebabkan oleh penguasa yang serakah. Inilah kisah detik-detik kehancuran
dinasti Taira yang sedang berada di atas awan.
Bagaimana tidak, jika digambarkan ada
100 orang, yang sangat takut kepada Nyuudou Kiyomori adalah 100 orang.
Sedangkan orang yang membenci Nyuudou mencapai 90 orang atau lebih dalam 100
orang. Hanya sebagian kecil yang tak membenci Nyuudou karena sudah mengenal
kepribadiannya. mereka menginginkan Nyuudou tetap menjabat dan memerintah
secara riang. (Halaman 23).
Salah satu kharisma
dari Yoritomo adalah ketika dia dan pasukannya mengalami kekalahan saat perang
di gunung Ishibashi. Tentara yang tidak seimbang menjadi penyebab utama
kekalahan bagi pasukan Yoritomo. Yakni klan Minamoto hanya berjumlah 300 orang,
sedangkan pihak Taira lebih dari 3.000. Walaupun mengalami kekalahan dari klan
Taira, Yoritomo dengan gaya kepemimpinannya yang kharismatik membuat semua
prajurit tetap dalam api yang berkobar.
Yoritomo terlahir
sebagai rakyat jelata, tanpa harta tanpa dara penguasa, dan seroang anak yang
diasingkan ke Izu. Dia malah dapat memahami buruknya keadaan dan dapat melihat
harapan tersebut. Dia sungguh-sungguh berimpati atas semgant revolusi mereka
daripada seorang pribadi. (halaman 97). Dengan itulah banyak yang ikut
berpartisipasi dan bergabung dengannya untuk menggulingkan klan Taira.
Sebagai seorang
pemimpin, Yoritomo sangat memiliki karakter yang tegas dan teguh pendirian
serta disiplin. Bahkan, ketika bala bantuan sebanyak 20.000 pasukan datang
terlambat, dengan tegas dia mengatakan, “Pasaukan 20.000 orang, bahkan seratus
ribu orang pun tak ada gunanya jika terlambat. Keterlambatan adalah larangan
pertama bagi kaum ksatria…” (halaman 145).
Namun kharisma itu
tidak memudar dari sosok Yoritomo. Pasukan itu tetap setia menunggu sampai
kemarahannya reda. Bahkan, kabar ada bala bantuan ini sampai ke telinga Nyuudou
Kiyomori. Setiap kali informasi baru, jumlah pasukan Yoritomo terus bertambah.
Harapan Yoritomo untuk
dapat menggulingkan klan Taira bertambah besar setelah dirinya bertemu dengan
adiknya setelah 20 tahun berpisah. Minamoto no Kurou Yushitsune dialah anak
bungsu dari mendiang Yoshitomo yang terpisah dengan saudaranya saat kerusuhan
Heiji.
Kegagahan yang sudah
dicapai tidak terlepas dari peran adiknya, Kurou Yoshitsune. Merasa siap,
Yoritomo menunjuk adiknya, Yushitsune, untuk memimpin peneyerbuan ke ibukota.
Keberhasilan Yoshitsune menguasai ibukota membuat prajurit dan mantan Kaisar
semakin mencintainya. Hal tersebut membuat Yoritomo ingin menyingkirkan sang
adik.
Di sisi lain, klan
Taira siap merebut kembali Ibukota, dan hanya Yoshitsune yang menjadi harapan
klan Minamoto. Eiji Yoshikawa memang piawai dalam menghasilkan karya dengan
genre fiksi sejarah. Buku kedua ini mengajak kita untuk menyelami jiwa pemimpin
pada diri Yoritomo yang berapi-api dalam membela kedaulatan rakyatnya. Di samping
menyelami jiwa samurai dalam diri Yoshitsune, yang pandai dalam membuat
strategi perang.
Jerih payah selama ini
menghasilkan wilayah timur sampai Hitachi dan Shinano tunduk kepada Yoritomo.
Tapi Fujiwara no Hidehiradi Oushu belum menyatakan akan memihak klan Minamoto.
Apalagi wilayah Barat dari Sagami, seluruhnya masih di bawah kekuasaan klan
Taira. (halaman 214). Buku ini menjawab rasa penasaran dan
pertanyaan-pertanyaan yang muncul saat membaca buku pertama. Silahkan untuk
disimak dalam buku Minamoto no Yoritomo II yang diterbitkan dan ditermahkan
oleh Penerbit Kansha (Mahda) Books.
Karakter Yoritomo yang
tegas dan kuat dalam membawa pasukannya ke pintu gerbang pencerahan patut
dijadikan tauladan. Begitu juga dengan prinsip-prinsip ksatria yang terdapat di
dalamnya. Yakni ksatria harus menjadi teladan bagi rakyat dalam kehidupan
sehari-hari. Selain tidak melupakan introspeksi diri dan keadaban. Itulah yang
diajarkan Yoritomo kepada semua pasukannya.
Eiji mengajak para
pembaca untuk menyelami kembali sejarah kerajaan Jepang melalui karya
sastra. Buah tangan yang satu ini menghadirkan tokoh yang memiliki jiwa
pemimpin pada diri Yoritomo, dan jiwa ksatria pada Yoshitsune. Yoshitsune
memang dikenal sebagai ksatria yang memiliki strategi dan kecerdasan luar biasa
dalam berperang. Keduanya mengjarkan pembaca untuk tidak mencampuradukkan
antara masalah pribadi atau keluarga dengan masalah kepentingan
umum. Setiap karya Eiji Yoshikawa memang menghadirkan kisah-kisah yang
sarat dengan nilai historis.
Segala
kekurangan yang ada dalamnya, tetap membuat buku ini layak untuk dibaca,
terutama bagi yang concerndalam novel sejarah. Penyajiannya sangat
berwarna, mulai dari aspek ketegangan, kesedihan, sampai lelucon yang akan
menyelingi pembaca dalam menelusuri setiap lembarnya.
Karena dari buku ini
kita belajar tentang keberanian, kedisiplinan, kesetiaan, etika berperang,
menjadi pemimpin yang inspiratif dan bangkit dari keterpurukan. Selain,
tentunya saja belajar tentang sejarah Jepang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar